KabarPublik-Balaikota
Untuk mewujudkan Depok Kota Layak Anak (KLA) tidak semudah membalikan telapak tangan, tapi membutuhkan kerja keras jajaran pemerintah kota dan utamanya seluruh lapisan masyarakat di Kota Depok.
Walikota dan Wakil Walikota menyerahkan hadiah kepada pemenang. |
Penegasan hal itu disampaikan Walikota Depok, Mohammad Idris didampingi Wakil Walikota Depok, Pradi Supriatna kepada wartawan seusai menghadiri puncak acara Hari Anak Nasional tingkat Kota Depok di lapangan Balaikota Depok, Kamis (8/8/19).
Kerja keras dan komitmen dibutuhkan dari seluruh jajaran pemerintahan dan seluruh lapusan masyarakat mulai lingkungan rumah tangga, warga, pengurus RT, RW, kelurahan, kecamatan hingga tingkat kota.
Para kepala dinas ikut memeriahkan puncak acara HAN 2019 Kota Depok |
"Tanpa peran seluruh lapisan masyarakat tentunya akan sulit meraih keberhasilan tersebut. Namun yang paling utama adalah menjaga agar anak-anak dapat bermain, bersekolah dan lainnya tanpa ada tindak kekerasan atau perlakuan yang tidak baik, ” tuturnya.
Ratusan siswa sekolah memeriahkan HAN |
Kegiatan Hari Anak Nasional (HAN) di Kota Depok jangan hanya sebagai kegiatan serimonial saja tapi menjadi komitmen bagi seluruh masyarakat dan Pemkot Depok untuk mewujudkan Kota Depok sebagai Kota Layak Anak (KLA).
“Harus menjadi langkah menuju program Depok sebagai KLA, apalagi kurun satu bulan ini telah melakukan berbagai kegiatan berkaitan dengan dengan anak anak, ” kata Walikota.
Sementara itu, Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Aris Merdeka Sirait, mengatakan perhatian, perlindungan, peduli dan penangganan terhadap masalah tindak kejahatan maupun perlakuan terhadap anak selama ini masih sebatas serimonial atau ‘jargon’ dengan tolak ukur berbagai prestasi diatas kertas saja.
ketua KPAI, Arist Merdekat Sirait (kiri) menghadiri HAN 2019 Kota Depok. |
“Selama ini masih terkesan ‘jargon’ dengan berbagai prestasi yang diraih pemerintah daerah atau kota di Indonesia, ” ujarnya.
Sebagai warga Depok, Merdeka melihat kegiatan progran KLA di Kota Depok masih bersifat ‘jargon’.
“Namun tidak hanya di Depok tapi seluruh propinsi di Indonesia sama, ” tuturnya. (jaya)
0 Comments